Foto: Grandyos ZafnaJakarta - Perekonomian Indonesia sampai dikala ini masih dianggap lesu, lantaran seluruh realisasi kinerja masih di bawah target yang telah ditetapkan, salah satunya yaitu pertumbuhan ekonomi yang sampai kuartal II mencapai 5,01% dan pertumbuhan kredit juga hanya di kisaran 8% dari yang ditargetkan 10%-12%.
Beberapa pengamat menyarankan kepada pemerintah untuk melaksanakan upaya-upaya lain, meskipun dari sisi moneter ibarat penurunan bunga contoh Bank Indonesia (BI) sudah diturunkan ke level 4,25%.
Ekonom dari PT BCA (Persero) David Sumual mengatakan, upaya lain yang dilakukan pemerintah mampu melalui kebijakan-kebijakan struktural. Sebab, jikalau stimulus fiskal agak sulit direalisasikan.
"Insentif pajak mampu dilakukan, tapi di sisi lain pemerintah butuh dana, jadi memang dari stimulus fiskal ini agak susah, cuma kebijakan struktural mampu dilakukan dari sisi kebijakan perdagangan, kebijakan investasi, fasilitas berusaha itu mungkin mampu dilakukan, sama implementasi proyek-proyek pemerintah supaya mampu jalan semua," kata David dikala dihubungi detikFinance, Jakarta, Senin (25/9/2017).
Sementara itu, Ekonom Samual Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, untuk membangkitkan perekonomian nasional khususnya pada masyarakat bawah mampu dengan menurunkan kembali suku bunga contoh BI sebanyak satu kali lagi.
"BI sudah 2 kali menurunkan ini rasanya belum cukup berpengaruh untuk menurunkan suku bunga kreditnya, jadi barang kali perlu 1 kali BI menurunkan, sehingga bank melihat bahwa BI konfirmasi ketika kebijakan stimulus berlanjut, BI juga melihat risiko ekonomi yang semakin menurun, jadi alasan bank untuk menahan kredit itu tidak terlalu tepat," kata Lana.
Penurunan BI 7-Days Reverse Repo Rate sebanyak satu kali lagi juga menawarkan ketegasan kepada para perbankan bahwa pemerintah berkomitmen melanjutkan stimulus moneter. Dengan begitu, masyarakat juga akan mencicipi eksklusif kebijakannya.
"Awalnya biasanya di sektor konsumsi yang balasannya relatif kecil dibandingkan yang modal kerja, sektor konsumsi pun diawali dari KPR, tetapi itu masih perlu satu insentif penurunan lagi, supaya membuat bank yakin bahwa BI melaksanakan stimulus yang berlanjut, sehingga bank menurunkan suku bunga kredit lebih serius," terang dia.
Lanjut Lana, untuk stimulus fiskalnya, pemerintah mampu merealisasikan seluruh belanja infrastrukturnya dengan cepat, dan khususnya di skala yang melibatkan eksklusif banyak masyarakat.
"Untuk mendorong ekonomi tadi barangkali pertimbangan melaksanakan acara infrastruktur relatif kecil, misalnya pemeliharaan trotoar, yang membutuhkan orang bekerja, bukan mesin, itu membantu orang belanja, sehingga demand kredit naik," ungkap dia. Sumber detik.com