
Jakarta - Bank Indonesia (BI) risikonya memangkas suku bunga acuannya, yaitu BI 7-Days Reverse Repo Rate. Bunga pola tersebut dipangkas 25 basis poin (bps) ke 4,50%.
Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Arif Budimanta, mengatakan harus ada sejumlah kebijakan lain yang mengikuti biar penurunan suku bunga pola dapat dirasakan oleh masyarakat, lewat penurunan bunga kredit perbankan. Saat ini bunga kredit perbankan masih banyak yang di atas 10%.
"Memang butuh upaya yang mampu membuat transmisi kebijakan lebih cepat. Yaitu, bagaimana biar penurunan suku bunga pola ini mampu cepat diikuti dengan penurunan suku bunga kredit perbankan," tutur Arif ketika dihubungi detikFinance, Selasa (22/8/2017).
Dengan turunnya suku bunga kredit perbankan, dampaknya kepada ekonomi masyarakat akan lebih cepat terasa. "Seperti penurunan bunga KPR, bunga kredit modal kerja dan seterusnya," sambung dia.
Adapun upaya yang mampu dilakukan, kata Arif, yaitu pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM) biar tak banyak dana perbankan yang mengendap di BI, Sehingga mampu banyak disalurkan untuk kredit.
Bisa juga dengan dorongan dari regulator, dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK), biar perbankan cepat mengumumkan perubahan suku bunga.
Karena, sambung dia, jika tidak ada derma kebijakan lain, penurunan BI 7-Days Reverse Repo Rate tidak akan cepat diikuti oleh penurunan bunga kredit bank. Sebelum menurunkan bunga kredit, bank harus menurunkan bunga simpanan menyerupai deposito.
"Kan di perbankan itu ada namanya dana pihak ketiga (DPK) yang salah satunya yaitu deposito yang ada akad jangka waktu simpanan dan akad suku bunga tertentu. Katakan lah deposito itu paling pendek 1 bulan. Ditambah adaptasi dan lainnya, berarti suku bunga kredit perbankan gres ada adaptasi sekitar 2-3 bulan lagi," sambung dia.
"Kalau suku bunga kredit turun, pertumbuhan kredit mampu double digit. Sekarang kan 8-9%, nanti mampu 11-12%, syukur-syukur mampu 14-15%," sebutnya.
"Bila penyaluran kredit meningkat apa lagi dengan bunga rendah, itu mampu mendorong ekspansi dunia usaha. Kalau banyak ekspansi usaha, ada lapangan kerja gres tersedia. Ini mampu mendorong pertumbuhan ekonomi," sambung dia.
Bila hal ini mampu benar-benar dilaksanakan, maka bukan tidak mungkin target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan pemerintah sebesar 5,2% mampu tercapai.
"Malah prediksi saya mampu 5,3%," sebut dia.
Sementara itu, Arif melihat, masih ada peluang bagi BI untuk menurunkan BI 7-Days Reverse Repo Rate dengan pertimbangan mendorong ekonomi dalam negeri. Dia menilai kondisi ekonomi global juga tengah berada pada tren konkret menyerupai ketika ini.
"Dengan posisi sekarang, masih ada waktu 3-4 bulan lagi hingga selesai tahun. Saya melihat, masih ada peluang penurunan lagi sebesar 25 basis poin menjadi 4,25. Karena kita lihat inflasi kita masih terjaga. Kemudian ekonomi Jepang, Malaysia, Amerika, Singapura masih tumbuh tinggi. Makara saya lihat masih ada ruang untuk penurunan itu," tandas dia. Sumber detik.com